Skripsi

BAB I
PENDAHULUAN




A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, kesadaran para orang tua untuk mendidik atau mengenalkan ajaran Islam kepada anak sedini mungkin semangkin meningkat. Indikasinya sangat jelas yaitu dengan semakin banyaknya orang tua yang bersedia menyekolahkan anak-anak mereka ketaman kanak-kanak yang bernuansa Islami. Ini tentunya langkah awal yang sangat positif bagi pembentukan anak sholeh sebagaimana menjadi keinginan setiap orang tua menurut Abdul Aziz Abdul Majid (2002:4) Taman Kanak-kanak adalah tempat pertama anak-anak memperoleh pendidikan dan menjadi dasar bagi pendidikan yang lain. ditempat inilah menurut beliau, anak lebih cepat mendapat pengaruh dan lebih mudah dibentuk pribadinya.
Menurut T. Handayu (2001:16) masa kanak-kanak adalah masa paling kritis dalam seluruh kehidupan manusia sekaligus merupakan fondasi kehidupan selanjutnya menuju gerbang kedewasaan ketika ia sudah memiliki jati dirinya. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana mendidik anak prasekolah atau sering disebut dengan masa kanak-kanak, sebab pada umumnya anak belum memiliki keterampilan membaca, ketarampilan bahasa, belum bisa berfikir logis, dan sebagainya. Pada masa ini menurut Ramayulis (2002:267) anak senang meniru, banyak bermain dengan lelakon dan suka berkhayal.
Melihat karakteristik seorang anak pada masa ini, akan terbayang kesulitan-kesulaitan dalam mendidik mereka. Hal ini pun diakui oleh Abdul Aziz Majid (2002:4) yang menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi ditingkat TK atau SD lebih banyak dan lebih sulit jika dibandingkan pada tingkat berikutnya.
“Membaca al-Qur’an merupakan langkah pertama untuk membangun pengetahuan yang terdapat didalam al-Qur’an tersebut maka seorang muslim harus mengerti tentang tata cara membaca dan menulis al-Qur’an dengan baik dan benar karena bagaimana mungkin akan dapat memahami isi dari kandungan al-Qur’an dengan baik dan benar tanpa mengetahui terlebih dahulu cara membacanya. Sehingga wahyu Allah ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dirinya,” (Abdul Azis Abdul Rauf, 2004:9)

Sehingga pada gilirannya anak-anak pada usia dini akan pandai membaca al-Qur’an mencintainya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup seta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan kelak diharapkan pula anak-anak tersebut bisa pula mengajarkan al-Qur’an sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda :

Artinya : “Sebaik-baik kamu ialah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Pernyataan ini ada kesesuaian dengan surat keputusan bersama kepala kantor wilayah Departemen Agama Propinsi Kalimantan Barat, kepala kantor wilayah Departemen Pendidikan Nasional dan kepala dinas Pendidikan Nasional dan kepala dinas Pendidikan Nasional Propinsi tingkat 1 Kalimantan Barat No. 23/5/4376/PD. PK-AP. Sebagai pelaksanaan dari inruksi Gubernur kepala daerah tingkat 1 Kalimantan Barat No. 004 tahun 1991 tentang petunjuk teknis upaya meningkatkan kemampuan membaca tulis al-Qur’an di sekolah, intruksi ini berdasarkan :
1. Surat keputusan bersama Mentri Dalam Negeri dan Mentri Agama Nomor 128 dan 44 A tahun 1982 tentang usaha peningkatan kemampuan Baca Tulis Huruf al-Qur’an bagi uamat Islam dalam rangka penghayatan dan pengamalan agamadalam kehidupan sehari-hari.
2. Intruksi Mentri Agama RI Nomor 3 Tahun 1990 tentang pelaksanaan upaya peningkatan dan kemampuan baca tulis Huruf al-Qur’an.
3. Intriksi Dirjen Bimas Islam dan uraian Haji Nomor 3 tahun 1991 tentang upaya mempercepat gerakan Baca Tulis Huruf al-Qur’an dilingkungan masyarakat Islam. (Hairani Idris dan Tasrifin Karim, 1994 : 10-115)

Untuk mewujudkan pernyataan tersebut, tidaklah semudah membalikan telapak tangan, namun diperlukan berbagai upaya, termasuk bagian yang terpenting adalah penggunaan metode yang tepat bagi yang mengajarkannya baik dilembaga formal maupun non formal, agar pelajaran membaca al-Qur’an itu dapat dipermudah dalam mempelajarinya
Banyak sekali cara-cara atau metode-metode yang digunakan dalam proses pemberlajaran, salah satu metode yang digunakan dalam membaca al-Qur’an di Taman kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak saat ini yaitu dengan menggunakan metode Tilawati, dimana anak diajarkan bagaiman cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dan juga menyiapkan anak sedini mungkin untuk dapat menjadi Qori’ dan Qori’ah. Karena pada pembelajaran tilawati peserta didik diajarkan membaca secara berlagu, mereka juga senang dengan metode yang bersifat hiburan sehingga anak didik tidak merasa jenuh dengan metode yang digunakan selama ini karena pada usia TK mereka masih senang untuk bermain, dan bernyanyi.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, TK Mujahidin 1 Pontianak telah menerapkan metode tilawati kepada anak didiknya pada materi baca al-Quran. Penggunaan metode tilawati tidak sama dengan metode yang selama ini diterapkan yaitu metode iqro’ karena pada metode iqro’ siswa hanya diajarkan bacaannya saja sehingga anak tidak tahu huruf-hurufnya, sedangkan metode tilawati walaupun termasuk metode yang baru digunakan oleh guru di TK Mujahidin 1 Pontianak dimana metode tilawati ini hanya diterapkan untuk dua kelas sebagai percobaan sementara, namun alhasil penggunaan metode tilawati ini saudah dapat berjalan walaupun belum sepenuhnya sama dengan apa yang ada dalam kaset petunjuk pembelajaran tilawati.
Metode tilawati ini selain mengajarkan siswa unutk membacakannya secara berlagu tapi juga guru mengenalkan huruf-hurufnya karena sesuai dengan apa yang ada dalam buku panduan tilawati, karena sebelum memulai dengan huruf-huruf yang bersambung anak terlebih dahulu dikenalkan dengan huruf-huruf yang terpisah sehingga anak didik tidak hanya tahu bacan-bacaannya saja namun anak didik juga tahu huruf-huruf Hijaiyah.
Adapun langkah-langkah yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan metode tilawati yaitu (1) Anak-anak dalam kelas tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok, (2) Guru membaca sendiri surah tilawati secara perlahan-lahan, sedanglan anak didik mendengarkan bacaan guru, guru mengulangi bacaan ini hingga dua kali atau tiga kali, (3) Anak didik diminta untuk mengulangi bacaan tersebut secara baik secara sendiri-sendiri atau pun secara berkelompok.
Metode tilawati ini sangat menyenangkan bagi siswa karena setiap guru kadang-kadang mengajarkan dengan irama yang berbeda-beda, namaun yang lebih sering digunakan adalah lagu-lagu Rost yaitu lagu yang bernada sedang (tidak tinggi dan tidak juga rendah) sehingga anak didik apat dengan mudah mengikuti irama tilawati yang dijarkan.
Proses pembelajaran tilawati di TK Mujahidin 1 Pontianak dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan dalam satu minggu yaitu pada hari senin sampai hari kamis dan dimulai pada pukul 07. 00 namun proses pembelajaran tilawati baru dapat dimulai pada pukul 07.25 sampai dengan pukul 08.30 WIB.
Adapun proses pembelajaran tilawati yaitu mula-mula anak disuruh untuk membaca doa sebelum belajar terlebih dahulu, setelah itu guru mebaca terlebih dahulu bacaan-bacaan tilawati sebagai contoh kepada anak didik. Guru mengarahkan anak didik untuk mengulangi apa yang telah dicontohkan secara bersama-sama maupun secara berkelompok, setelah selesai baru guru menunjuk salah seorang siswa untuk membaca tilawati. Untuk mempermudah pembelajaran guru menggunakan media Chart.
Dari latar belakang di atas menarik bagi saya meneliti “Penggunaan Metode Tilawati bagi Anak-anak Prasekolah di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak”

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah umum dalam penelitian ini adalah : “Penggunaan Metode Tilawati bagi Anak-anak Pra Sekolah di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak” Masalah ini dapat di khususkan menjadi:
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan oleh guru Taman kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak sebelum menggunakan metode Tilawati?
2. Bagaimana pelaksanaan metode tilawati di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak?
3. Aspek apa saja yang dinilai dalam proses evaluasi pada metode tilawati di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak?



C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian dari penelitian yang akan saya lakukan adalah untuk mendapatkan informasi dan penjelasan lebih dalam mengenai Penggunaan Metode Tilawati di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak.
Sedangkan secara khusus informasi yang ingin saya dapatkan adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimanan persiapan yang dilakukan guru sebelum menggunakan metode Tilawati di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode tilawati di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak.
3. Untuk mengetahui aspek apa saja yang dinilai dalam proses evaluasi pada metode tilawati di Taman Kanak-Kanak Mujahidin 1 Pontianak

D. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dianggap bermakna apabila hasil temuannya memiliki manfaat bagi peneliti, obyekyang diteliti, atau masyarakat luas. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca serta bahan acuan dalam upaya pengembangan pengajaran al-Qur’an dalam metode Tilawati, dalam pembelajaran al-Qur’an dengan metode Tilawati, dalam pembelajaran formal maupun non formal.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Bagi guru TK Mujahodon 1 Pontianak, peneliti berharap agar dapat menjadi masukan bagi guru dalam pembelajaran tilawati, dan dapat memberi motivasi kepada siswa untuk lebih bersungguh-sungguh dalam belajar.
b. Bagi sekolah
Bagi sekolah dalam sekripsi ini peneliti berharap, dalam penelitian ini dapat menjadi masukkan bagi sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran tilawati dan dapat dijadikan bahan rujukan dalam pengajaran metode Tilawati dalam pembelajaran membaca al-Qur’an kepada peserta didik.
c. Bagi STAIN
Bagi lembaga STAIN Pontianak, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan yang dapat dikembangkan lebih lanjut khususnya bagi mahasiswa dalam menambah pengetahuan tentang penggunan metode Tilawati dalam pembelajaran al-Qur’an.
d. Bagi peneliti
Bagi peneliti, sebagai calon pendidik (guru) penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pemikiran serta menambah pengetahuan tentang metode Tilawati.
E. Tinjauan Pustaka
Agama Islam adalah “agama yang universal atau Rahmatan Lil’Alamin yang mengajarkan manusia berbagai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi.” (M. Solihin, 2003:11). Salah satu dari ajaran agama Islam tersebut adalah mewajibkan umatnya untuk pandai membaca, terutama untuk pandai membaca Al-qur’an, karena membaca al-qur’an adalah salah satu perintah yang tertinggi dan utama dalam ajaran Islam sebelum diperintahkan membaca yang lain, ini dapat dilihat pada wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril as sebagaimana disinyalir dalam surah Al-Alaq ayat 1-5




Artinya : 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3. Bacahal, dan Tuhan-mulah yang maha pemurah
4. Yang mengajar (manusia) dengan perintah kalam
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dari ayat tersebut di atas ternyata benar, kemuliaan Islam terletak pada al-Qur’an dan kemuliaan al-Qur’an terletak pada Mu’jizat dan pembacanya. Sebab dari itu setiap muslim diperintahkan untuk pandai membaca, terutama membaca al-Qur’an, membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Islam, maka dari itulah seorang muslim dituntut untuk pandai membaca.
Sejauh penelusuran peneliti tidak menemukan penelitian yang secara khusus di fokuskan membahas tentang penggunaan metode tilawati. Namun ada beberapa penelitian lain yang ditemui hampir menyerupai dengan penelitian disini yaitu : Juita Sari (2005) dengan judul penelitian Penggunaan Metode Cerita Bagi Anak-anak Prasekolah Di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak. Dalam penelitian tersebut diperoleh bahwa aspek-aspek yang diperlukan oleh guru TK Mujahidin 1 Pontianak dalam merencanakan penggunaan metode untuk menyampaikan materi cerita adalah : Pertama, kemampuan anak didik, seperti kemampuan menyerap cerita yang disampaika, kemampuan memahami bahasa guru dan kemampuan berkonsentrasi selama belajar. Kedua, situasi dan kondisi, seperti kondisi fisik siswa (kelelahan), dan kondisi kelas. Ketiga, tujuan pembelajaran. Keempat, sarana pembelajaran yang tersedia.
Karena belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang Penggunaan Metode Tilawati Bagi Anak-anak Prasekolah, maka peneliti merasa perlu mengangkatnya dalam bentuk penelitian. Sebagai dukungan teoritik maka peneliti kemukakan teori-teori yang berkenaan dengan penelitian ini yaitu :



1. Metode Tilawati
a. Pengertian Metode Tilawati
Menurut pendapat Heri Hidayat (2003 : 2) kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” yang artinya menyelidiki, cara melakukan sesuatu secara mendetail, atau prosedur mengerjakan sesuatu secara terminologi. Menurut Heri Hidayat, metode berarti pengetahuan yang membentangkan cara-cara mengerjakan sesuatu jenis pelajaran tertentu secara mendetail dan diuraikan sampai bagian-bagian yang sekecil-kecilnya.
Sedangkan menurut Ramayulis (2002:40) dalam bahasa Arab metode dikenal dengan istilah “thariqah” yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan maka langkah-langkah strategis tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka untuk pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern kata Tilawati berasal dari kata Tilawat yang artinya pembacaan kitab suci al-Qur’an dengan suara nyaring dan dilagukan.
Metode tilawati adalah sebuah buku panduan belajar membaca Al Quran yang kemudian disebut Metode Tilawati yang terdiri dari 5 jilid. Secara khas buku ini menggunakan pendekatan Klasikal dan individual secara seimbang. (pelatihan metode tilawat di Islamic Center)
Adapun Prinsip-prinsip Pembelajaran Tilawati diantaranya :

1) Disampaikan dengan praktis
2) Menggunakan lagu rost
3) Menggunakan pendekatan klasikal dan individual secara seimbang

Maka dapat disimpulkan bahwa metode tilawati yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seperangkat cara cepat dan tepat untuk menyampaikan bahan pengajaran bacaan al-Quran kepada peserta didik dengan cara dilagukan agar mereka dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
b. Teknik Pembelajaran Tilawati Berdasarkan Metode Praktis Cepat Lancar Belajar Membaca al-Quran untuk TK / TP al-Quran pada Buku tilawati jilid 1 :
1) Ajarkan huruf-huruf hijaiyyah asli secara bertahap hingga santri faham dan hafal, karena mengajarkan jilid 1 ini merupakan keberhasilan santri.
2) Untuk memulai mengajarkan bunyi huruf, ustadz cukup memberi contoh bunyi bacaan dan hindarkan memberi keterangan.
3) Sarankan agar setiap santri membawa alat tunjuk sehingga setiap mereka membunyikan huruf sekaligus mengerti mana huruf yang dimaksud.
4) Ajarkan jilid 1 ini dengan 50 % menggunakan alat peraga sebagaimana yang telah tersedia.
5) Untuk memperlancar bacaan ajaklah santri membaca dengan klasikal, meski ada tatap muka (musyafahah)
6) Di jilid 1 ini ada dua warna (hitam dan merah). Khususnya yantg tidak gandeng bacalah warna hitam dahuku untuk mengulangi pelajaran yang lalau kemudian bacalah keduannya.

Sebelum mengajarkan tilawati diharapkan guru / ustadz mengenalkan terlebih dahulu huruf-huruf hijaiyyah sampai santri hafal atau faham dengan huruf-huruf hijaiyyah, sebelum mengajarkan huruf-huruf hijaiyyah yang terdapat tanda bacanya, selain itu juga sebelum memulai pembelajaran tilawati guru diharapkan mencontohkan terlebih dahulu bunyi bacaan tilawati dan diikuti oleh siswa tanpa harus memberi penjelasan kepada mereka.
Untuk mempermudah pemahaman siswa ada baiknya setiap siswa diberikan alat tunjuk sehingga siswa tidakhanya pandai membaca tapi juga faham dengan huruf-huruf yang sedang mereka baca. Selain dengan alat tunjuk guru juga menyediakan alat peraga seperti chart yang bertuliskan huruf-huruf tilawati.
Menurut buku panduan tilawati guru hanya mengajarkan dengan cara kasikal yaitu dengan cara guru membaca dan siswa mengikuti, namun pada kenyataan dilapangan guru juga mengajarkan dengan cara privat, yaitu dengan cara anak didik dibimbing satu-persatu dalam setiap kelompok.
Untuk mengenalkan kepada siswa huruf-huruf yang baru dengan huruf-huruf yang sudah pernah dipelajari maka dalam buku tilawati ini terdapat dua warna pada setiap huruf, huruf yang berwarna hitam itu berarti sudah pernah dipelajari sebelumnya sedangkan huruf yang berwarna merah adalah huruf yang belum baru yang belum di pelajari.
2. Pengertian Anak Prasekolah
Menurut Biechler dan Snowman (1993) anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti progam prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan anak (3 bulan – 5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak.
Dari teori Piaget membicarakan perkembangan kognitif, perkembangan dari tahapan sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-12 tahun), dan operasional formal (12-15 tahun), maka perkembangan kognitif anak masa prasekolah berada pada tahap praoperasional yaitu proses berpikir anak berpusat pada penguasaan simbol-simbol (misalnya, kata-kata), yang mampu mengungkapkan pengalaman masa lalu.
3. Macam-macam Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak
Permasalahan yang sering dihadapi dalam pengajaran adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga akan diperoleh hasil sebagai mana yang telah dicantumkan dalam tujuan pembelajaran. Untuk menjawab permasalahan tersebut, para ahli pendidikan memformulasikan beragai metode pengajaran yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik materi, karakteristik sisiwa, dan kemampuan guru itu sendiri.
Berdasarkan karakteristik yang dimiliki anak usia TK, menuerut Heri Hidayat ada beberapa metode pengajaran yang dapat digunakan yaitu:
a. Metode Bercakap-cakap
Menurut Heri Hidayat (2003:65) bercakap-cakap adalah “metode pengajaran yang dilakukan guru dengan cara berbincang-bincang yang terbentuk percakapan antara dua orang atau lebih”.
Menurut Heri Hidayat manfaat metode ini adalah:
1) Mengukur kemampuan anak pada perbendaharaan kata
2) Menambah perbendaharaan kata
3) Memperbaiki kesalaham kata pada anak
4) Mengajarkan penggunaan bahasa yang baik
5) Menikmati permainan bahasa

b. Metode Pengucapan Syair
Menurut Heri Hidayat (2003:74) sebuah syair dapat merupakan ungkapan perasaan fantasi dan refleksi pribadi anak. Selain itu, menurut Heri Hidayat mengucapkan alat untuk mengencangkan bahasa anak, melalui syair anak dapat mengenal kata-kata dalam syair, dan melatih pendengaran anak terhadap suara-suara.
c. Metode Eksperimen
Menurut KBBI (dalam Heri Hidayat, 2003:87) “metode eksperimen adalah metode mengajar dengan cara memperlihatkan kepada seluruh kelas proses atau mencoba mengajarkan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu”.
d. Metode Nyanyian dan Apresiasi Musik
Menurut Fat dan Mahmud yang dikutip oleh Heri Hidayat (2003:95) musik merupakan bagian dari fitrah kehidupan dan perkembangan jiwa manusia. Sejak masih bayi setiap manusia telah mendengarka nyanyian dari ibunya. Sepanjang hidupnya, manusia begitu dekat dengan musik dan lagu yang dapat diperoleh melalui radio, televisi, dan sebagainya. Dari lagu itu, manusia dapat merasakan berbagai perasaan sedih, gembira, dan bahagia.
Dengan demikian, tujuan bermain dan bermain musik bagi anak-anak usia TK menurut Heri Hidayat (2003:96) adalah :
o Mencapai kemampuan dalam pengembangan daya cipta.
o Mencapai kemampuan dalam pengembangan bahasa.
o Mencapai kemampuan dalam pengembangan daya pikir agar anak didik mampu memfungsikan perkembangan otak kanannya.
o Melakukan kegiatan melatih motorik kasar dan halus seperti pada senam irama.
o Menambah perbandaharaan kata baru melalui syair
o Menyalurkan emosi seperti merasa senang atau sedih
o Mematuhi aturan permainan mengurangi atau menghilangkan kecenderungan mementingkan diri sendiri

Sedangkan pelaksanaan pengajaran dengan menggunakan musik dan nyanyian adalah sebagai berikut:
1) Guru membicarakan isi nayanyian yang akan diajarkanmelalui tanya jawab, sajak, bercerita, dan bercakap-cakap.
2) Guru mentukan metode mengajar dengan memilih apakah metode keseluruhan, bagian-bagian, atau campuran.
3) Guru menyanyikan lagu secara keseluruhan, sedangkan nyanyian panjang diajarkan secara bagian demi bagian atau campuran.
4) Empat kali berikutnya anak-anak menyanyikan lagu bersama guru, makin lama suara guru makin pelan dan menghilang, tinggal suara anak-anak yang menyanyi.
5) Guru menyiapkan alat musik
6) Guru dan anak-anak menyanyikan lagu dengan menggunakan alat musik
7) Guru memberikan kesempatan kepada anak yang sudah dapat dan bersedia menyanyi sendiri kedepan kelas
8) Senantiasa anak tampil, anak-anak lain melakukan gerak bebas atau gerak lainnya sambil mendengarkan nyanyian.

e. Metode bermain dan wisata bermain
Heri Hidayat (2003:140) membagi metode bermain menjadi dua bagian, yaitu metode bermain menurut tempat dan metode bermain menurut waktu. Bermain menurut tempat dibagi menjadi bermain didalam ruangan dan bermain diluar ruangan. Sedangkan bermain menurut waktu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu permainan bebas, permainan terpimpin, dan permainan campuran. Permainan campuran yakni guru hanya bertugas membuat permainan atau hanya ikut sebentar.
Wisata bermain menurut Heri Hidayat adalah cara belajar diluar kelas dibawah bimbingan guru kesuatu tempat untuk mempelajari hal tertentu sambil mencari kesenangan sebagai hiburan dan permainan.
Keuntungan wisata bermain menurut Heri Hidayat adalah :
a. Anak mendapatkan pengalaman dari tempat yang dikunjunginya
b. Anak dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan dengan melihat, mencoba, mendengar, dan membuktikan secara langsung.
c. Anak mendapatkan informasi dengan jelas dari guru atau petugas ditempat yang dikunjungi
d. Dalam rekreasi anak dapat mempelajari bermacam-macam tema sekaligus dan ingral serta tidak terbatas hanya pada satu tema.

f. Metode Bertanya Tingkat Dasar
Khusus anak usia anak TK, menurut Heri Hidayat (2003:109), metode tanya jawab adalah mengkaji tema atau sub tema pelajaran agar anak didik memperoleh pengetahuan berupa informasi tentang sesuatu hal untuk meningkatkan kemampuan daya cipta dan daya fikirnya sehingga diharapkan terjadi perubahan-perubahan tingkah laku / kematangan psikologis dalam perkembangan anak dengan terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar
g. Metode Diskusi
Menurut Syaiful bahri djamarah (2002:198) metode diskusi adalah metode yang memberikan alternatif jawaban untuk membantu memecahkan masalah. Menurut Basyirudin Usman (2002:36) metode diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdayakan masalah yang timbul dan sering mengadu argumentasi secara rasional dan objektif.
Menurut Heri hidayat (2003:112) pada usia TK pada umumnya suka berbicara dan sering mengadakan percakapan bersama-sama dengan daya kemampuan daya pikir yang terbatas. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menimbulkan sebuah diskusi bagi anak:
1. Sebuah cerita yang sangat menarik bagi siswa
2. Segala sesuatu yang datang secara spontan dari anak
3. Sesuatu yang menimbulkan perhatian anak
4. Terprogram oleh guru dengan menggunakan alat-alat yang menarik perhatian anak.

Adapun tujuan diskusi bagi anak adalah:
a. Memperkaya perbendaharaan kata dan memperbaiki lafal
b. Mengebangkan kecakapan menyampaikan pendapat
c. Melatih spontanitas
d. Memenuhi dorongan anak untuk mengetahui apa, mengapa, dagaimana, dan lain-lain.
e. Memupuk daya kritis
h. Metode Proyek dan Kerja Kelompok
Menurut Heri Hidayat (2003:135) metode kerja kelompok atau gotong royong adalah cara memberikan pelajaran kepada anak-anak untuk mengerjakannya secara kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Sedangkan metode proyek menurut Heri Hidayat adalah metode mengajar dengan cara memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengguankan alam sekitar dengan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan.

i. Metode Bercerita
Menurut Heri Hidayat (2003:44) metode bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman, atau satu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun rekaan belaka menurut Broune dan Gorden (dalam Moeslihatoen, 1992:26) bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya darisatu generasi kegenerasi berukutnya.
Menurut Moes Lihatoen (1999:26) bercerita mempunyai makna penting karena dengan bercerita diperoleh manfaat :
a. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya
b. Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial
c. Mengkomunikasikan niali-nilai keagamaan
d. Menanamkan emosi kerja, waktu, etos alam.
e. Membantu mengambangkan fantasi anak
f. Membantu mengambangkan dimensi kognitif anak
g. Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak

Adapun tujuan bercerita sebagai metode pengajaran menurut Heri Hidayat (2003:45) adalah :
o Mengembangkan kemampuan dasar untuk pengembangan daya cipta, dan pengertian membuat kreatif, yaitu lancar, fleksibel, dan orisinal dalam bertutur kata berfikir serta berolah tangan dan berolah tubuh sebagai latihan motorik halus maupun motorik kasar.
o Pengembangan kemampua dasar dalam pengambangan bahasa agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan.

j. Metode Dramatisasi
Menurut Heri Hidayat (2003:115) dalam metode pendidikan anak TK, dikenal ada tiga macam permainan drama, yaitu:
1. Drama spontan
Drama spontan merupakan permaianan drama yang dilakukan anak atas keinginan sendiri, dengan cara-cara sendiri, berupa dialok atau perbuatan yang timbul dari pengalaman anak serta membutuhkan peranan pemimpin atau kontrol dari guru.
Manfaat permainan drama spontan menurut Heri Hidayat (2003:115) adalah:
o Mengembangkan bahasa anak
o Mengembangkan perasaan sosial
o Mengembangkan daya cipta imajinasi dan fantasi anak
o Mengembangkan spontanitas anak
o Mengembangkan ekspresi anak
o Terapi psikologi anak

2. Drama terpimpin / permainan peran
Metode bermain peran oleh Syaiful Bahri Djamarah (2003:199) diartikan dengan satu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan anak dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati permainan drama terpimpin menurut Heri Hidayat yakni guru membimbing anak dalam pemilihan perannya, tanpa mengurangi kebebasan anak dalam berbicara dan menjalankan perannya.


3. Sandiwara boneka
Dalam penjelasannya Heri Hidayat mengatakan bahwa sandiwara boneka berguna untuk membantu anak untuk mengekspresikan isi jiwa dan mengembangkan alat peraga seperti boneka.
k. Metode Calisting (membaca, menulis, dan berhitung)
Karwapi yang dikutip oleh Heri Hidayat mengartikan metode calisting dengan cara mengajrkan menulis, membaca, dan berhitung, permulaan melalui kegiatan-kegiatan bermain untuk menyerap pikiran perasaan dan kehendak anak didik melalui tulisan serta pengucapan yang baik.
Heri Hidayat menjelaskan bahwa kemempuan calisting pada anak usia dini bertujuan agar anak didik maupun berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya dan anak didik maupun menghubungkan pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan baru yang diperolehnya.
l. Metode Pemberian Tugas dan Praktek Lapangan
Suewarno (dalam heri Hidayat, 2003:79) mengartikan metode pemberian tugas dengan metode belajar dengan metode belajar dengan cara dimana guru memberikan tugas kepada anak didik baik dirumah, disekolah, dihalaman sekolah, perpustakaan maupun ditempat-tempat lainnya. Sedangkan metode praktik lapangan adalah metode mengajar dimana guru langsung menyuruh anak didik untuk mempraktikkan materi pengajaran yang bersifat mengaktifkan jasmani dan rohani.
Tujuan pemberian tugas dan praktil langsung menurut Heri Hidayat adalah:
a. Merangsang siswa agar berusaha lebih baik memupuk inisyatif, bertanggung jawab dan mandiri.
b. Memperkayapengalaman anak dengan mengyelenggarakan latihan-latihan yang terintegrasi dari kemampuan yang diharapkan pada pengambangan daya cipta, bahasa, dayapikir, keterampilan motorik halus maupun kasar.
KONTAK KAMI

Nama*
Email*
Telpon
Web
Pesan

UPLOAD

Photobucket

SPONSOR

Photobucket
Photobucket
Get 4Shared Premium!
Web Hosting
 

Copyright © 2010 by EBOOK MURAH DAN GRATIS